Kamis, 24 Mei 2012

Seminar Pengembangan Ekonomi Kreatif Kabupaten Jepara Berbasis Potensi Budaya Lokal 23 Mei 2012

Prof. DR. Mudjahirin Thohir
Setiap Pagi di Afrika, seekor rusa bangun. Dia tahu, dia harus lari lebih cepat dari singa yang tercepat, atau dia akan dimangsa. Setiap pagi, seekor singa bangun. Dia tahu, dia harus mendahului rusa yang berlari paling lambat, atau dia akan mati kelaparan (Thomas L. Friedman). Itulah kalimat yang diambil oleh Prof. DR. Mudjahirin Thohir, salah seorang dari 3 pemateri dalam acara "Seminar Pengembangan Ekonomi Kreatif Kabupaten Jepara Berbasis Budaya Lokal". Beliau mencoba menggambarkan mungkin kondisi persaingan ekonomi di Indonesia bahkan di dunia dalam era globalisasi sekarang ini hampir seperti persaingan antara singa dan rusa di Afrika. Ada 4 tipe menurutnya dalam bagaimana masyarakat menyikapinya, yaitu orang-orang bertipe pasif, reaktif, antisipatif, dan bertipe proaktif.
DR. Timbul Raharjo, M.Hum.
Orang-orang yang kreatif, serta selalu mempunyai keinginan yang kuat untuk menciptakan karya yang kreatif. Mungkin salah satu cara menghadapi persaingan ekonomi yang semakin ketat tambah DR. Timbul Raharjo, M.Hum, seorang pengusaha barang kerajinan di Bantul, Yogyakarta serta staf pengajar di salah satu SMK di kota tersebut. Beliau yang juga menjadi pemateri dalam acara ini mengatakan, industri ekonomi kreatif merupakan wacana atau gagasan ide yang cukup tepat apalagi industri tersebut berbasis budaya lokal. Industri ekonomi kreatif bertujuan untuk membangun industri masa depan yang berkelanjutan. Artinya, industri ekonomi yang sudah ada dan bertahan sampai sekarang khususnya yang berbasis budaya lokal (contoh di Jepara : tenun ikat troso, ukir relief mulyoharjo, kerajinan gerabah mayong, dll) tetap dibiarkan berjalan dan industri ekonomi kreatif berfungsi untuk menopang serta menganekaragamkan industri ekonomi yang sudah ada. Supaya masyarakat pelaku tetap mampu bertahan bahkan bersaing di era globalisasi sekarang ini. Memang banyak sekali masalah yang selama ini terjadi, dari sisi kreator misalnya ada perasaan takut hasil karyanya dijiplak, takut karyanya beredar di pasaran, akhirnya para kreator seakan merasa putus asa dengan usaha dan niat baiknya. "Lalu Lintas Kreativitas", salah satu wacana yang direkomendasikan DR. Timbul Raharjo, M.Hum, yaitu membentuk semacam lembaga kesenian yang menampung para kreator serta menjembatani antara kreator dan pengusaha. Jadi ada berginning position dari para kreator dan tidak ada ketakutan lagi dalam masalah penjiplakan.
Acara yang dilaksanakan di Pendopo Kabupaten Jepara serta dihadiri para undangan dari asosiasi pengusaha Jepara, staf pendidikan dan pemkab. Jepara serta pekerja seni dan mahasiswa ini cukup apresiatif. Para peserta seminar berharap adanya tindakan yang konkret dari pemkab. Jepara untuk segera memanfaatkan dan mengolah SDA serta SDM potensi usaha-usaha kreatif. Sebab, para kreator, pengusaha dan pemerintah harus saling terkait dan bersatu padu membangun ekonomi kreatif kabupaten Jepara agar menjadi kuat dan berkualitas.
DR. H. Subroto, S.E.
Wakil Bupati Jepara, DR. H. Subroto, S.E, M.M., yang bertindak sebagai pemateri sekaligus perwakilan dari Bupati Jepara yang kebetulan berhalangan hadir, tetap menegaskan bahwa APBD khususnya di kabupaten Jepara akan dan harus kembali pada masyarakat. Sehingga akan tercipta masyarakat yang adil dalam kemakmuran serta makmur dalam keadilan seperti slogan visi dan misi yang selalu diusung Bupati beserta Wakilnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar